menatap lagi zaman berganti, musim
berganti, kisah membukit diringi jejeran
gunung penderitaan
Terus terdiam mentap kehidupan ini,
matahari menyinari bumi tanpa membeda,
untuk orang baik atau orang jahat
Itukah keadilanmu, dengan cahayamu
alsmdan manusia saling butu dan saling menghilangkan
Engkau masih saja membuka mata, tanpa suara
Keributan ini mengusik jiwamu hingga
diruang ketepiaan kami menarik napas sisa
untuk berontak, merebut kemenangan
Tapi begitulah , sebelum berburu sudah membagi hasil
Semua bangga bahkan anggap kami sudah
bebas dari salib, dari gurun, dari goliat,
tapi, semua baru mimpi ketika fajar terbit
Dan ketika fajar terbenam masih saja belum kunjung tiba
Aku bosan dengan dunia toki dada, rasanya
tak sanggup ku gapai mimpi ini tapi inilah
jiwamu yg menatap tanpa suara. Memangku
lebur gunung-gunung ego sampai aku telanjang
memakai sali at koteka, ditengah dunia maju
aku sadar itulah wajahku
Kini, ku sadari cawat dan koteka hendak ku
kenakan ditengah dunia ini, sekalipun
zaman berganti adat tetaplah landasanku
laksana pohon takkan tunas bila tak ada
tanah, bgtpun manusia takan bernapas bila
semua pohon hilang dan tanah jadi batu
Ku makin terkurun diatas negriku, salju yang
putih kian nampak bercakan2nya menodai
alam juga menelanjani manusianya semua
bangga dengan rantai berduri sapi, diseret
ke kuburan masal semua pandang wajar
saja, lain pandang tidak manusiawi
Mata kita sudah buta, telinga kita telingga
orang dan kaki kita jadi kaki pembunuh.
Sudah ku pilih hidupku, di tengah telaga,
buduk tua itu warisan
Ingin ku tahbis diriku dengan air telaga
setiap waktu
Saat teduhpun aku selam bersama waktu
Disanalah aku hidup bebas bertemu
kehidupan dulu-zaman manusianya mampu
ciptakan sampsi temukan nota, nomo, taei,
mbingga, digiyonapo
Zaman ini pikiran hewan kian tumbuh subur
sedang pikiran manusia sedang
menumpang di hewan.....sudah , biarlah,
kapan ku temukan hidup yang dulu lagi..
By NT
22/12/14 @puncak Basiri
22/12/14 @puncak Basiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar