Kamis, 15 Juli 2010

PUISI

MUSUH ABADI KAPITALISME


Mereka tahu kami benar
Mereka tahu kami bisa
Tapi . . .
Mereka takut Kami besar
mereka takut kami ada

Berjuta sikap kau uguhkan
Berjuta kata
bahkan bermilyar kata kau lemparkan
Demi hancurnya Ideologi Mulia
Ditengah kebingungan Manusia

Ide mereka meyakinkan
Tapi kedepan
menyakitkan
Keberhasilan Semu mereka dapatkan
Kehancuran nyata ada di hadapan

Kami yakin . . .
Kami pasti akan bangkit
Ditengah kerusakan dunia
Atas Pertolongan dari-Nya
Kami akan Kembali berjaya

FREEDOM,FREEDOM
....................................



TANGISANKU

Kududuk termenung
Renungi derita
Ratapi duka nestapa
Susuri dongeng kesedihan
Tangisi kisah tragedi
Nyanyikan syair duka
Dengungkan kidung kematian
Kulukis masa laluku di kanvas hati pilu
Orang asing hancurkan istanaku

Kulukis panorama tragedi dengan air mata
Mereka bunuh ibuku
Tikam ayahku
Mereka tembak saudaraku
Perkosa flamboyanku

Kusaksikan kebengisan predator rakus
Tanah dikuras, batuan ekonomis diambil
Tumbuhan dibabat
Air dikotori
Udara dicemari
Tanah air udaraku terkulai tanpa daya

Kuteteskan bulir-bulir air mata
Sirnalah sukacita
Hancurlah kehidupan
Gambaran masa depanku suram
Hanya ada bayang-bayang kematian

Sampai akhir nafas
Kubisik sang waktu
Kapan semua ini kan berakhir
Ia membisu
Kubawa pergi luka sejarah
         by
Dumapa Jack



ISTANA DOK DUA

Bediri megah kokoh
Nanum sayang
Penghuni tak berharga diri kokoh

Dinding dipoles putih
Namun sayang
Penghuni tak berhati putih

Selalu diterpa angin sejuk Pasifik
Namun sayang
Penghuni tak punya sejuk kasih

Penuh timbunan harta
Namun sayang
Penghuni tak peduli rakyat

(Pantai Dok Dua, Port Numbay, 27/03/10)

By Jack Dumapa


UNTUK NEGERIKU


Mengapa laut menjadi riuh oleh hempasan bisu
Mengapa air dan sungai mengeruh seperti air susu
Bukankah kejernihan selalu membawa aliran hidup
Atau karena asa dan cinta yang telah meredup
Habis terkuras, habis ditebas dengan segala keangkuhan
Tapi mengapa kau tinggalkan pulau itu, dengan lubang yang terdiamkan
Hempasan masalaHlu meratapi lubang kebuasan
Tak kau lihat pesona pulau yang dulu, janjikan keinginanku
Habis manis sepah dibuang
Habis kaolin dan yang lainnya pulauku berlubang
Berkubang, meradang dalam tangis angin lalu
Tiada daya dan upaya
Selalu birokrat dan aparat yang mencari sesat di pulauku
Berapa kali lagi, akan terjadi dan menjadi-jadi
Tiada dianggap, hanya aparat dan birokrasi dari lurah, camat sampai bupati jadi pengikut sejati
Terus menanamkan modal-modal hasil kekayaanku alam dalam kantung diri pribadi
Membuat pulauku dan aku seperti mati. Inikah kebaikanmu padaku dalam hidup ini…?


By Tinus Pigai

EMPAT TETES


Tetes air mata
Adalah bukti ketidakberdayaan
Dimana manusia sejatinya lemah
Tak berdaya

Tetes keringat
Adalah bukti perjuangan
Dimana menjadi pangkal kebangkitan
Dari belenggu ketidakberdayaan

Tetes darah
Adalah bukti pengorbanan
Dimana butuh penyerahkan diri
Untuk memperoleh kekuatan hidup

Tetes kelamin
Adalah bukti kehidupan
Dimana butuh persemaian cinta
Agar hidup tetap lestari

(Lereng Merapi, 12/07/10)

By Jack Dumapa

ZAMAN KEMERDEKAAN



Berdiri kokoh di hamparan hutan
Sekokoh gunung menjulang
Dengan genggam kuat harga diri
Sekuat batu kilangan diterpa air terjun


Hambur senyum tawa di belantara
Bagai kicau kawanan cenderawasih
Menikmati kemerdekaan
Dimana tak ada penjara sangkar

Menatap puncak gunung
Ke dunia arwah leluhur bersemayam
Berharap bukti wasiat leluhur
Datangnya zaman kemerdekaan

Tak sudi lepas indahnya kemerdekaan
Pergi merana di negeri gersang seberang
Ingin tetap memeluk kemerdekaan
Sambil menunggu akhir kehidupan

(Lereng Merapi, 09/07/10)

By Jack Dumapa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Percuma Saja

Tidak pantas lagi ku rangkai kata disini,   Percuma saja,   Dinding blog ini pun pasti tak sudi dihiasi,   bila hanya mengulangi ...