Dari mata air yang kecil,
Mengalir dari ketingiaan,
Tak mengenal lelah terus menyerap tanpa batas,
Terus membanjiri,
Penuhi lautan luas yang teduh,
Fajar pun silih berganti memandang ombak kecil ke ombak besar Bermula dari pasifik,
Sebelah timur Harapanpun tak pernah penak,
Semakin mewangi semerbak
Setiap teduh tenang,
angin menyebut-nyebut namamu Papua,
Ketika ombak,
anginpun ikut menukik rasa dari nurani ke nurani,
Setiap batin bergolak menepi mencari jalan dibalik lorong-lorong jalan sempit cahaya fajar menembusinya,
Bunyian ombak semakin ke arah
pasifik,
pasifikku... melangit,
Para pengembara terus mencari mata-mata air,
Tak memanjang jurang, tebing, cadas yang melintang.
Setiap jarak menjadi dekat,
depan matanya ada keberhasilan
Setiap honai dan para-para kumandangkan nyayiaan ratapan,
Anak-anak kecil tangisi masa depan kemana arah hidup ini,
Asap-asap terus mengumpul naik lurus menyentuh langit biru,
Bara api terus menghangat setiap panas para tetua tidur lelap,
Dalam tidurmu,
engkau goyangkan bibirmu ungkapkan syair-syair pembebasan,
Antara ombak dan asap menyatu dalam raga-raga yang berjiwa,
Semua dengar bunyian dengan satu suara....
suara Pembebasan...
Ketika-akhir pekan,
tetua membuka matanya,
mentari akan terbenam kembali ke rumahnya,
tetua menarik napas terakhir,
harapannya Ingin berjumpa Sang Pengembara membawa hasil buruan,
kini masih mimpi tentang pasifik...
Salam Pasifik, dari ombak kecil keombak besar
Holandia, 10/09/15 01:29 PM
By Natan T
Mengalir dari ketingiaan,
Tak mengenal lelah terus menyerap tanpa batas,
Terus membanjiri,
Penuhi lautan luas yang teduh,
Fajar pun silih berganti memandang ombak kecil ke ombak besar Bermula dari pasifik,
Sebelah timur Harapanpun tak pernah penak,
Semakin mewangi semerbak
Setiap teduh tenang,
angin menyebut-nyebut namamu Papua,
Ketika ombak,
anginpun ikut menukik rasa dari nurani ke nurani,
Setiap batin bergolak menepi mencari jalan dibalik lorong-lorong jalan sempit cahaya fajar menembusinya,
Bunyian ombak semakin ke arah
pasifik,
pasifikku... melangit,
Para pengembara terus mencari mata-mata air,
Tak memanjang jurang, tebing, cadas yang melintang.
Setiap jarak menjadi dekat,
depan matanya ada keberhasilan
Setiap honai dan para-para kumandangkan nyayiaan ratapan,
Anak-anak kecil tangisi masa depan kemana arah hidup ini,
Asap-asap terus mengumpul naik lurus menyentuh langit biru,
Bara api terus menghangat setiap panas para tetua tidur lelap,
Dalam tidurmu,
engkau goyangkan bibirmu ungkapkan syair-syair pembebasan,
Antara ombak dan asap menyatu dalam raga-raga yang berjiwa,
Semua dengar bunyian dengan satu suara....
suara Pembebasan...
Ketika-akhir pekan,
tetua membuka matanya,
mentari akan terbenam kembali ke rumahnya,
tetua menarik napas terakhir,
harapannya Ingin berjumpa Sang Pengembara membawa hasil buruan,
kini masih mimpi tentang pasifik...
Salam Pasifik, dari ombak kecil keombak besar
Holandia, 10/09/15 01:29 PM
By Natan T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar