Jumat, 22 Januari 2016

Percuma Saja

Hasil gambar untuk derita papua
Tidak pantas lagi ku rangkai kata disini, 
Percuma saja, 
Dinding blog ini pun pasti tak sudi dihiasi, 
bila hanya mengulangi bait-bait derita jalanan itu lagi,
Sejak awal, dari tempat ini, ku hiasi dindingmu dengan cerita itu. Cerita penderitaan itu masih berlanjut kembali disini, 
dari tempat yang sama. 
Dia itu, pecundang cinta, 
yang menghadirkan cinta dan derita. 
Ah, kenapa tiada henti? 
Derai-derai air mata ini, pertanda cinta tulus seorang lelaki jalanan
yang berkelana. 
Mencari, ya mencari separuh nyawa, 
yang terpisah kini, 
antara derita dan bahaginya. 
Di jalan-jalan ini telah ku siksa raga. 
Di sarang-sarang musuh ku cari jalan menemukanmu, 
Mencarimu hei...pecundang cinta,
Engkau mengapakah....
Tunduk diam tiada kata walau terdesak kepungan tiada henti disini, kasih.
Terbayang tulus senyum, 
dalam bayang ingin ku peluk dirimu sayang buah hatiku, Rosemerciany. 
Tetapi kenapa engkau pecundang cinta, 
begitu jahatnya kau menjauhkannya dariku. 
Tidakkah kau dengar desak nafasnya kasih. 
Tidakkah kau rasa setiap denyut nadi dari darahku yang mengalir padanya. 
Darah perlawanan yang haus pembebasan negerinya.
Perjalanan ini, kasih, coba dengar betapa ia merindu walau kau memaksa lupa.
Bila kau enggan menyapa lagi,
entah bagaimana lagi harus.
Tersiksa di jalan-jalan biarkan sudah, 
agar bahagaiamu memuaskanmu.
Ku sadari, percuma ku rangkai kata disini dalam bisu makna.
Blog ini pun tak sudi melihatku seperti orang gila disini. 
Ah, terlalu jahatnya dunia...


By Victor Yeimo
xbt, Juli 15, 2015 6:43 PM
(sumber Disini

Penderitaan

Hasil gambar untuk miskin dan kaya
Jemari-jemari kasta telah membelai,
Antara si miskin & si kaya tampak
menjulang,
Yang lemah tersingkir bagai bangkai,
Yang jaya makin congkak haus kemewahan,
Tak ada lagi patri asih sesama,
Rentenir-rentenir lenggak lenggok jalan pemangsa,
Tangis bayi habis suara,
Priuk nasi terganti pucuk-pucuk akasia,
Sementara itu dewa-dewa rakyat berebut kursi nan empuk,
Duduk manis dengan perut makin gendut,
Hilang sudah janji-janji pengisi perut,
Duit si miskinpun terus di parut,
Musnah asa dalam nestapa,
Kardus bekas tetap seperti itu adanya,
Kolong jembatan penuh sesak hingga tua,
Sementara si kaya makin kaya,
Inikah kewarasan dari negri nan elok,
Dihuni mucikari-mucikari rakyat yang goblok,
Sungguh tak layak dengan hasil bumi yang terus di obok-obok,
Dasar serakah,,,, 
Tikus got yang jorok..
Menangis,,,, para tetua bunda..
Istana nan elok dari kardus musnah sudah..
Sebarlah ini hanya awal yang tak jelas akhirnya..
Kembali kemasa di atas tumpukan sampah.
21/01/16
By Marko Meepago Pky

Mama Papua Sayang

Hasil gambar untuk mama papua
Andaiku hidup lama,
Biarlah rasaku tak terkikis oleh hari-hari usiaku,
Karna kasihmu mempertahankan ragaku dalam pelukan cintamu,
Rohku bergelora dalam hempasan tangis mu,,!!! 
Mamaku,,!!! 
Mama papua sayang,,,!!! 
Getir pilu susah yang kau alami,
kau redam dalam sebuah didikan,
demi melihatku tumbuh menjadi sosok nasionalisme dambaanmu,,,!! 
Mamaku sayang engkau patriot junjunganku,
kaulah jati diriku,,,!!!

17/01/16
By Tapnesa Gefwe

Seharusnya

Hasil gambar untuk semestinya
Semestinya
Sebenarnya
Seharusnya
Bibir lebih berani dari hadapan gemuruh gelombang rasa yang berkecamuk di dada untuk menghempaskan padamu saat
seperti itu karna pertemuan bagaikan petir yang mengkilat,
tetapi mata terdahulu membaca cuaca langit biru yang mendung
dan 
lautan biru yang terombang di
tubuhmu telah mendekam bibirku,
tak bercumbu di telingamu 
dan kemungkinan hal itu ada waktu berputar mencari penemuan takdir atau rencana-Nya, 
namun itu hanya sebuah halusinasi khayalan,
padahal kaum hawa lebih berani dari sebuah bahasa ketakutan ....Hehehe....

Port Numbay, 07/01/16
By ABGB

Penjara Demokrasi

Hasil gambar untuk penjara
Di ujung nusantara
Demokrasi terpasung di atas batu
Di pukul ombak manusia
Di hempas angin bibir
Tiada rasa terpecah
Suara-suara terbungkam
Tangan-tangan di jerujikan
Jejak kaki di buntut jerat
Demokrasi memenjarakan
Di ruang alam kita tak berekspresi
Tiada senyum, tiada nyaman, tiada langkah
Hanya bisu memandang negri madu
Negara demokrasi
Penjarakan manusia demokratis

Port Numbay, 10/01/16 
By AGBG

Jumat, 11 Desember 2015

Dosa Siapa

image 
Lapis-lapis kebencian menempel
Tebal-menebal kesangkahan mengembang
Besar-membesar munafik menyebar
Luas-meluas gila kuasa merajalela
Panjang-memanjangkan penindasannya
Tipis-tipis kepercayaan menebal
Tinggi-meninggi ambisi menjulang
Rendah-merendah kebersamaan menghilang
Dalam-sedalam keapatisan menumpuk
Tambah-menambah kepunahan manusianya
Lorong waktu berjuang sunyi mencekam
Wajah-wajahnya sedang sembunyi rupa di balik tembok
Bersilah di kursi empuk menelaah hukum menindas
Kegelapan telah meliputi bumi manusia
Mata tak dapat melihat
Telinga tak dapat mendengar
Hati tak dapat merasakan
Jiwa telah di bungkam dengan bibir kebenaran
Diantaranya rakyat jelata jadian santapan
Kaum vampir binaan negara

Goa Maria Buper, 19/11/15
AGBG

Mama Papua, Mama Bangsa.

http://wiyainews.com/wp-content/uploads/2015/10/20151030_165856-655x360.jpg 
Mama….!
Mama Papua
Dan mama mama lain
Yang perih di sudut sudut negeri
Betapa panjang, Rentang waktu berlalu
Di setiap rentang, Ada tapak tapak deritamu
Dalam badai gelombang sejarah
Namamu hanya sebagai korban
Dalam balutan selendang budaya
Kau hanya pelengkap penderita
Dalam pusaran politik
Kau belum lagi dianggap.
Mama Papua…!
Kau korban dari anak-anakmu sendiri
Anak yang tumbuh dari air susumu
Kau terima semua derita
Sebagai keniscayaan budaya
Kau bangga melahirkan pemimpin negeri
Sambil meremas gemuruh jantungmu
Kau sudah merasa bahagia
Ketika anak negeri berceritera Hal-hal baik tentangmu
Walau hingga…..kini
Mereka belum berbuat yang terbaik untukmu.
Mama Papua…!
Kami di sini….berkumpul untukmu
Kami di sini… berbicara tentangmu
Kami di sini berdebat tentangmu
Tahukah kau….
Kesimpulan yang kami hasilkan
Sebuah Tanya…..
Kapan….kapan….kapannn
Mama papua
Menjadi mama bangsa.

Jakarta, 16 Nov. 2015
By Zulkomar (Sumber)

Percuma Saja

Tidak pantas lagi ku rangkai kata disini,   Percuma saja,   Dinding blog ini pun pasti tak sudi dihiasi,   bila hanya mengulangi ...